Reihan Adilfhi Tafta Aunillah - 2100334

  

 

MAKALAH

PENTINGNYA PENULISAN KREATIF DI SMA

 

 

 


 

 

 

 

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Isah Cahyani, M.Pd.

 

DISUSUN OLEH

Reihan Adilfhi Tafta Aunillah (2100334)

 

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas mata kuliah Menulis ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu “Penulisan Kreatif” itu sangat penting untuk anak bangsa dari mulai remaja. Semuanya perlu dibahas pada makalah ini kenapa “Penulisan Kreatif” itu sangat diperlukan serta layak dijadikan bagaikan modul pelajaran.

 

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang keberadaan “Penulisan Kreatif” untuk kemajuan bangsa. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Saya menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

 

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Isah Cahyani, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Menulis dan kepada pihak yang sudah menolong dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, saya mengucapkan banyak terima kasih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

             1.1          LATAR BELAKANG

                   

             Di sekolah menengah atas dan sederajatnya, kita tidak pernah benar-benar diajarkan mengenai penulisan kreatif. Padahal, sebenarnya penulisan kreatif ini sangatlah penting untuk diajarkan di SMA dan sederajatnya. Penulisan kreatif bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mengendalikan pikiran-pikiran kreatif yang bergumul dalam pikiran seseorang dan untuk menyusunnya ke dalam sebuah kalimat dengan struktur yang baik; saya bisa mengatakan bahwa konsep daripada "Menulis Kreatif" lebih berbobot daripada menyimpan imaginasi karena tidak semua imajinasi adalah pikiran yang kreatif. Kreativitas lahir di dalam pikiran yang mapan dan matang. Seorang penulis sama baiknya dengan pemikirannya sendiri. Ada dua tipe penulis yang dibahas adalah penulis umum/harian dan penulis kreatif.

 

1.2          RUMUSAN MASALAH

 

               Dalam pembahasan makalah ini kami akan memfokuskan pada beberapa masalah di bawah ini :

1.     Bagaimana definisi Penulisan Kreatif ?

2.     Bagaimana memaknai Penulisan Kreatif ?

3.     Bagaimana teknik Penulisan Kreatif ?

4.     Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis dan Langkah-Langkah Menulis?

 

1.3          TUJUAN

 

           Dilihat dari rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan karya tulis ini adalah Mengetahui bagi siswa SMA/Sederajat sebagai peranan siswa terhadap perkembangan bangsa dalam penulisan kreatif.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

2.1        PENULISAN KREATIF

         

        Penulisan kreatif, secara umum sering dikaitkan sekadar dengan tulisan sastrawi. Secara terminologis, penulisan kreatif adalah proses pembuatan tulisan yang di dalamnya mengandung daya cipta. Maksudnya, sebuah tulisan yang di dalamnya mempunyai kemampuan menawarkan atau memberikan sesuatu yang baru. Al hasil, mestinya penulisan kreatif bisa berwujud karya sastra, bisa juga non sastra. Untuk kali ini, kita hanya membahas penulisan krearif dalam batas pengertian sastra.

 

          Penulis kreatif menggunakan sastra dengan efektif untuk memperkuat penulisan mereka, dan mereka juga memiliki kecenderungan melihat segala sesuatu dengan cara yang tidak biasanya. Penulis kreatif tidak suka menceritakan atau menulis cerita mereka dengan gaya yang biasa-biasa saja, mereka suka menciptakan suasana-suasana yang menarik diluar kebiasaan. Sedangkan penulis umum/harian, selain tidak miliki banyak kekayaan dalam idiom ataupun istilah, mereka tidak memiliki kepekaan kreatif seperti halnya penulis kreatif.

 

2.2        STRATEGI MENGAWALI PENULISAN

 

    Pertama: hilangkan kemalasan. Ini tantangan yang paling berat yang seringmenghalangi seseorang untuk memulai menulis. Kemalasan menjadi salah satupenyebab penting, mengapa seseorang tidak menulis. Tragisnya, malas memang bisa menghinggapi siapa saja. Termasuk Anda.

       

         Kedua: cari dan pilihlah ide atau masalah yang akan Anda angkat. Anda tak perlumuluk-muluk dengan keinginan mengangkat masalah besar atau yang istimewa.Masalah sederhana pun mana kala Anda mau dan mampu meramu akan menjadi cerita yang menarik. Lingkungan Anda adalah penyedia materi yang tak pernah habis Anda kuras untuk "diteliti".

 

           Ketiga: renungkan apa yang telah anda pilih sebagai materi untuk tulisan Anda. Cernakan dengan hati-hati dan teliti, apakah Anda telah cukup memahami dan merasakannya. Memerlukan sedikit kepekaan perasaan, nurani, Anda.

 

        Keempat. Mulailah menulis. Tak perlu Anda memikirkan mutu tulisan Anda. Setiap kali ada gagasan, langsung tulis. Upayakan tidak berhenti menulis ketika di akhir kalimat atau paragraf. Menulis dan menulis akan menyeret Anda ke dalam keasyikan yang mungkin belum pernah Anda bayangkan.

 

         Kelima: jujurlah pada perasaan Anda. Anda tak perlu menipu diri sendiri dengan seolah-olah mengetahui segala hal. Anda juga tidak perlu bercerita suatu hal yang tidak cukup Anda ketahui. Cukup ceritakan apa yang Anda rasakan. Sekali lagi. Perasaan Anda. Bukan pikiran Anda!

 

           Keenam: periksa kembali tulisan Anda mana kala telah merasa cukup. Pikirkan bagaimana seharusnya Anda mengungkap perasaan Anda. Perbaiki tiap bagian yang Anda anggap belum tepat. Tulisan yang baik adalah tulisan yang bisa diterima akal sehat. Logis dan bisa dipertanggungjawabkan serta memberi wawasan bagi pembacanya. Kecuali Anda ingin berkesperimen. Nilai-nilai yang lahir bisa jadi baru terdapat di dalam eksperimen Anda sendiri. Pada diri setiap orang (dalam pengajaran umum) harus dikembangkan keterampilan pokok yang disebut 3 R.

 

      Dalam acara pelatihan itu, Agus didaulat untuk berbicara tentang strategi penulisan esai. Dalam uraiannya, dia memulai dengan sejumlah definisi (baca: teori) tentang esai, selayaknya dosen mengajar di kelas. Seiring penguraian tentang teori itu, para audience tampak lesu, kurang bergairah. Dia paham audience-nya kurang “berterima” dengan metode “ceramah”; lalu, dia mengubahnya. Sambil seringkali mengusap hidungnya (yang mungkin gatal), dia menjelaskan esai (dengan tidak terpaku pada teori) dalam kaitan dengan karya ilmiah dan karya sastra.

 

2.3        TEKNIK PENULISAN KREATIF

 

             Sesungguhnya kita terlahir dengan banyak keterampilan kreatif. Ketika masih bayi, kita secara alamiah selalu ingin tahu serta antusias menjelajahi dunia sekitar.                                         

             Kita menikmati warna, cahaya, gerakan, dan bunyi. Kita ingin merasakan, mengambil, dan memanipulasi apa saja yang terlihat. Kita puas menghabiskan hari demi hari bermain dan bereksperimen dengan berbagai benda, mainan, dan unsur-unsur alam (hujan, pasir, lumpur, dsb). Semasih bayi serta bocah baru belajar berjalan, secara alamiah kita adalah ahli rancang bangun, seniman, penyair, ahli kerajinan seni, dan pemusik.

 

             Kita umumnya mulai membatasi pencarian dan kemampuan kreatif pada usia teramat muda. Biasanya, mulai saat SD. Di sini sedikit demi sedikit, kreativitas mulai dikekang oleh pendidikan tradisional. Kita duduk berderet atau berkelompok dan diharuskan tunduk pada peraturan dan prosedur yang kaku, yang kebanyakan membatasi keterampilan berpikir kreatif. Dalam belajar, kita lebih sering menghafal ketimbang mengeksplorasi, bertanya, atau bereksperimen. Saat menapaki SD, SMP, dan seterusnya, kreativitas semakin jarang diasah, sehingga akhirnya berhenti tumbuh.

             

             Namun, bukan Cuma sistem pendidikan yang memasung kreativitas. Upaya kreatif kita sering ditanggapi dengan kritik dan umpan balik yang negatif, bukan dukungan dan dorongan. Apabila ada guru, teman, orang tua, atau saudara dengan sengaja atau tidak melontarkan komentar bernada olok-olok atas puisi, patung, cerpen, lukisan yang kita ciptakan, hati kita pun terluka karenanya. Ternyata bagi kita, sikap menarik diri dan tidak lagi memperlihatkan kreativitas tampak jauh lebih aman ketimbang menerima resiko olok-olok atau dipermalukan. Saat kita beralih dari jenjang sekolah menapaki dunia kerja, pergaulan antarmanusia dan mungkin dalam hidup berkeluarga, faktor lain yang menghambat kita menggunakan daya kreatif secara maksimal adalah masalahketegangan. Kita banyak menerima tekanan dalam kehidupan sehari-hari sehinggaenergi kita melemah. Kreativitas sulit ditumbuhkan jika kita harus menghadiripertemuan demi pertemuan, merancang kegiatan untuk anak-anak/keluarga, sekaligus menjaga rumah.

 

Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis dan Langkah-Langkah Menulis

 

             Raimes menguraikan seperangkat pedoman pembelajaran menulis. Pedoman ini didasarkan pada prinsip-prinsip yang mencakup pertimbangan tujuan, teori, konten (isi), fokus, silabus, bahan, metodologi, kegiatan, dan evaluasi. Prinsip-prinsip tersebut dipraktikkan oleh guru dalam pembelajaran menulis di kelas. Agar dalam praktik menghasilkan manfaat belajar yang optimal, maka guru harus terus-menerus dan sistematis merekam, merenungkan, dan menganalisis apa yang telah dilakukan di dalam kelas. Guru juga dapat menggunakan pengalaman reflektif sebagai dasar untuk memperbaiki praktik pembelajaran mereka.

 

             Menurut Raimes ada sepuluh langkah dalam perencanaan pembelajaran menulis dan dalam membantu guru untuk merencanakan pembelajaran menulis. Kesepuluh langkah tersebut sebagai berikut;

 

a.      Tujuan dan Sasaran

             Di dalam merencanakan pelatihan menulis hendaknya guru dapat memastikan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Hal ini agar pembahasan tidak terlalu luas sehingga siswa dapat memahami dan menerima pembelajaran menulis dengan baik. Dalam pembelajaran menulis kreatif, maka guru harus menentukan tujuan bahwa dalam pembelajaran tersebut siswa dapat mengetahui dan dapat menulis jenis-jenis tulisan. Dengan tujuan tersebut maka guru dalam membelajarkan menulis kreatif dapat menjelaskan dan mengarahkan siswa agar paham dan dapat menulis kreatif misalnya menulis surat pribadi, menulis buku harian, atau dalam menarasikan teks wawancara. Dengan kata lain, langkah pertama dalam pembelajaran menulis adalah menentukan tujuan pembelajaran dan indikator-indikatornya.

 

b.       Prinsip-Prinsip Teori

             Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah memilih teori yang akan digunakan. Pemilihan teori ini tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dalam pembelajaran menulis kreatif teori yang digunakan dan harus dikuasai siswa antara lain tentang menulis kreatif, jenis-jenis tulisan, dan langkah-langkah menulis. Guru harus memberi pemahaman siswa tentang teori-teori tersebut dengan jelas sehingga siswa dapat memahami dengan baik. Di dalam mengajar guru harus mempunyai pikiran seperti: Mengapa saya melakukan kegiatan ini di kelas? Apakah yang saya ajarkan sesuai dengantata bahasa dan belajar bahasa? Apa yang siswa dapatkan dari yang saya ajarkan? Apa gunanya belajarbagi siswa? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi dasar guru dalam mengajar di kelas, sehingga pembelajaran dapat lebih terarah.

 

c.       Perencanaan Konten

             Langkah ketiga dalam perencanaan dan pembelajaran menulis adalah perencanaan konten. Maksud perencanaan konten tersebut yaitu dalam pembelajaran menulis di kelas guru menggunakan pengalaman pribadi, isu-isu sosial dan budaya, sastra, atau isi dari bidang studi lain sebagai tema atau topik tulisan. Di dalam pembelajaran bahasa terutama pembelajaran menulis yang merupakan salah satu keterampilan berbahasa, guru harus aktif memberikan informasi-informasi lain baik dari bidang bahasa maupun dari bidang kajian ilmu lain. Hal ini agar siswa lebih banyak mendapat informasi, gagasan, dan ide. Jadi, agar siswa dapat menulis maka siswa perlu topik yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan ide-ide, menemukan bentuk-bentuk agar sesuai dengan ide-ide, dan berani mengambil resiko. Artinya bahwa sebelum menulis siswa harus mempunyai ide yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.

 

d.       Elemen

             Langkah keempat adalah menimbang elemen. Menulis terdiri dari banyak bagian sehingga perlu mempertimbangkan mana yang akan menjadi yang paling penting seperti konten, organisasi, orisinalitas, gaya, kelancaran, akurasi, atau bentuk tulisan yang digunakan. Elemen yang dimaksud adalah bagian-bagian dari yang akan ditulis baik itu topik, tema, diksi, gaya bahasa, dan lain sebagainya. Tema yang dapat diambil bisa tentang sosial, budaya, pendidikan, atau tema-tema umum lainnya. Dalam pembelajaran menulis kreatif guru boleh saja menentukan tema, tetapi siswa juga bisa mencari tema bebas sesuai yang diinginkan. Tema-tema bebas tersebut misalnya tentang keluarga, pendidikan, sosial, alam, budaya, kesehatan, politik, dan tema-tema lainnya sesuai dengan perkembangan dan usia siswa.

 

e.       Silabus

             Setelah memutuskan konten dan bobot elemen adalah bagaimana akan mengatur isi dan pengalaman belajar di dalam kelas. Isi dan pengalaman belajar tersebut menjadi dasar organisasi silabusdalam pembelajaran menulis dari tradisional ke modern dan inovatif, yaitu struktural (pada tingkat awal), fungsional, topikal, situasional, keterampilan dan proses, serta tugas. Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah mengembangkan silabus.

 

             Dengan adanya silabus dalam praktik pembelajaran, Richards menunjukkan sebuah "kombinasi pendekatan yang sering digunakan" (1990, hlm 9-10); apa yang merekagunakan dan dalam proporsi apa tergantung pada siswa, tujuan, prinsip-prinsip teoritis, dan kendala kelembagaan. Dalam mengembangkan silabus guru hendaknya mengacu pada kurikulum yang berlaku. Silabus digunakan sebagai acuan guru dalam membelajarkan pembelajaran menulis di kelas. Silabus disusun sesuai dengan kelas dan tingkat perkembangan siswa yang berisi standar kompetensi dan kompetensi dasar.

 

f.        Bahan

             Langkah yang keenam adalah pemilihan bahan. Guru dalam memilih bahan atau topik belajar dapat melalui video, perangkat lunak, dan buku. Bahan-bahan tersebut harus sesuai dengan tujuan, prinsip, isi, dan bobot yang telah diputuskan agar tidak terjadi penyimpangan atau kesalahan. Jika akan menggunakan buku, teks, atau artikel sebagai bahan belajar maka harus memperhatikan topik, jenis penulisan, peluang, dan instruksi dalam metode menghasilkan ide, instruksi pada prinsip-prinsip organisasi tulisan, kesempatan untuk kolaborasi, hal-hal yang harus direvisi, dan dalam mengoreksi dan mengedit. Selain melalui hal-hal tersebut, guru atau siswa juga dapat mencari bahan dari internet, berita, koran, majalah, atau media lainnya. Dalam memilih bahan guru harus berhati-hati dan menyesuaikan dengan perkembangan siswa. Guru jangan sampai memilih bahan yang kurang sesuai dengan perkembangan siswa karena dapat memberi efek yang kurang baik.

 

g.       Bermain Peran

             Dalam merencanakan suatu pelajaran atau pelatihan, guru cenderung berpikir tentang apa yang akan mereka lakukan, apa yang harus disajikan dalam pelajaran, bagaimana cara memimpin diskusi dikelas dan sebagainya. Ada banyak pembicaraan teoretis tentang kelas yang berpusat pada siswa dan guru. Artinya bahwa guru tidak hanya berperan sebagai guru, tetapi juga berperan sebagai siswa. Itulah mengapa pentingnya siswa bagi guru dalam menulis jurnal reflektif mengajar. Secara tidak langsung guru juga pernah menjadi siswa, sehingga guru dapat mengerti kondisi dan kemampuan siswa. Oleh karena itu, agar guru lebih dekat dan mampu memahami siswa lebih jauh guru tidak hanya berperan sebagai guru, tapi juga berperan sebagai siswa.  

 

h.        Jenis dan Metode Umpan Balik

             Pertama, dalam kasus kelas besar tidak setiap tulisan harus diperbaiki atau bahkan dilihat oleh guru. Siswa dapat melakukan penulisan jurnal, umpan balik untuk membaca atau menulis bebas di mana tujuannya adalah untuk menghasilkan ide-ide sehingga meningkatkan kelancaran akurasi. Kedua, siapa pun yang memiliki berbagai metode fisik menanggapi komentar atau percakapan dengan penulis, umpan balikdengan perangkat lunak komputer, menggunakan fitur-fitur seperti kemampuan "comment" dan “redlining” (menulis kembali); umpan balik seperti rekaman suara; atau tanggapan tertulis. Ketiga, memilih jenis dalam memberi umpan balik dengan memperhatikan waktu dan ukuran kelas. Keempat, guru dan siswa perlu menyepakati tujuan umpan balik.

 

i.        Evaluasi

             Guru menggunakan tes dan tes esai kalimat untuk mengevaluasi siswa. Mereka menggunakan hasil tes ini di samping kuesioner untuk mengetahui atau mengevaluasi kesuksesan mereka sendiri sebagai guru. Salah satu bentuk evaluasi dalam pembelajaran menulis sebenarnya membantu menggabungkan evaluasi siswa dan evaluasi program penggunaan portofolio. Portofolio tersebut kemudian dievaluasi. Portofolio ini mengarahkan siswa untuk merevisi dan untuk menyajikan karya terbaik mereka. Portofolio berisi kumpulan tulisan mulai dari awal semester sampai akhir. Dengan portofolio baik guru maupun siswa dapat mengetahui perkembangan keterampilan menulisnya. Portofolio juga dapat menambah nilai siswa selain nilai tes semester.

 

j.        Refleksi

             Sasaran, isi, teori, silabus, bahan, kegiatan, umpan balik dan evaluasi adalah substansi yang dapat direncanakan dalam pembelajaran menulis. Guru hendaknya selalu belajar dari pengalaman dalam pembelajaran menulis di kelas agar kesalahan atau kekurangan dalam pembelajaran tidak terulang lagi. Pengalaman merupakan hal yang sangat penting bagi guru. Guru yang sudah berpengalaman akan lebih mudah dalam mengajar di kelas, baik dalam pembelajaran menulis atau pembelajaran yang lainnya. Artinya pengalaman merupakan hal yang penting dalam mendukung proses pembelajaran. Kualitas seorang guru juga dapat ditentukan dari pengalamannya.

Berdasarkan kesepuluh langkah dalam pembelajaran menulis menurut Raines dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis harus melalui tahap-tahap tertentu. Hal ini diperkuat dengan pendapat Seow yang menyakan bahwa proses penulisan di kelas dapat ditafsirkan sebagai sebuah program pengajaran yangmemfasilitasi siswa dengan serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan untuk membantu mereka memahami sifat penulisan disetiap poin.

 

k.     Sesungguhnya Kapan Tulisan Mulai Dikenal

             Kapan dan dimana sebenarnya asal mula tulisan, sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Namun demikian, para ilmuwan yang telah melakukan riset dan studi dapat melacak sejarah asal mula tulisan dan mengapa manusia menulis sebagaimana yang kita kenal sekarang. Riset masih terus dikembangkan untuk membuka tabir yang masih merupakan misteri yang menarik itu.

 

             Andai kata orang-orang kuno tidak meninggalkan tulisan, mungkin sejarahmanusia tidak akan kita ketahui. Tidak dapat kita bayangkan bagaimana keadaandunia sekiranya tulisan tidak pernah diciptakan dan umat manusia berkomunikasihanya secara lisan saja. Dengan adanya peninggalan-peninggalan sejarah yangberbentuk tulisan-tulisan pada batu, dinding-dinding (goa), lontar, dsb, sejarah bangsa-bangsa dapat diungkap.

 

             Dari berbagai penelitian para sejarawan mengetahui bahwa pada mulanya tulisan hanya berbentuk gambar-gambar dan tanda-tanda. Untuk menggambar seseorang sedang makan ikan, orang-orang kuno menggambarkan tanda-tanda untuk manusia manusia (jenis lelaki atau perempuan), ikan dan makan. Keadaan berkembang ketika mereka menemukan alat untuk menulis. Mereka dapat menulis lebih cepat dan lebih banyak lagi tanda-tanda tulisan yang diciptakan. Akhirnya karena kebutuhan akankepraktisan, tanda-tanda itu lalu berkembang menjadi semacam kode-kode yang tentu saja terlebih dahulu harus dipelajari, bentuknya mirip huruf steno.

 

             Ide menjadi sangat penting alam penciptaan tulisan ini. Ide dan objeknya menjadi satu. Karena bertolak dari ide, para ilmuwan menyebutnya sebagai ideographic. Sampai sekarang cara ini masih kita pakai. Misalnya tanda-tanda pada rambu-rambu lalu-lintas. Untuk jalan menanjak, untuk jalan berliku, untuk jalan berbahaya. Semua hanya memakai tanda-tanda dan kita yang telah mempelajarinya tahu apa yang dimaksud dengan tanda-tanda tersebut. Alfabet Cina sebagian terbesar adalah ideographic, konon berjumlah 40.000 huruf dan 4.000 di antaranya harus benar-benar dipelajari dan dipahami agar dapat menulis dengan baik. Bandingkan dengan alfabet Latin yang hanya berjumlah sekitar 26 huruf.

 

             Yang penting kita simak adalah kenyataan bahwa menulis merupakan salah satu cara yang sangat dibutuhkan manusia untuk berkomunikasi. Selain berkomunikasi secara lisan, mereka merasakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara tertulis yang dalam perkembangannya menjadi cara yang praktis dan ekonomis. Dengan menulis tentang budaya yang mereka miliki, misalnya, generasi tua dapat dapat meninggalkan pengetahuan dan tradisi mereka untuk dipelajari oleh generasi mendatang. Tulisan dapat menjadi rekaman abadi setelah penulisnya meninggal dunia. Sesudah ditemukannya sarana atau perlengkapan tulis-menulis, perkembangan tulisan menjadi sangat penting seperti yang kita lihat sekarang ini.

 

             Ternyata manusia tidak cukup puas hanya berkomunikasi secara lisan. Dengan ditemukannya tulisan, mereka mencatat peristiwa-peristiwa besar di atas batu atau pada dinding. Mereka menulis di atas kulit kayu dan di daun-daun lontar sebelum akhirnya ditemukan kertas dan alat-alat tulis lainnya. Cara berkomunikasi menjadi lebih praktis karena mereka dapat berhubungan dengan orang lain di tempat yang berbeda dan berjauhan. Kebutuhan untuk berkomunikasi inilah yang mendorong seseorang untuk menulis ketika menyadari bahwa hanya dengan berbicara tidak cukup, tidak praktis, dan tidak dapat disebarluaskan, juga tidak efektif.

 

             Apapun yang menjadi alasan, seseorang untuk menulis, yang jelas ia inginberkomunikasi dengan orang lain atau pihak lain melalui karya-karyanya. Sehingga, seorang penulis menulis untuk dibaca orang lain; bukan hanya untuk dirinya sendiri. Karena itu banyak hal yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan sebelum ia menulis. Dengan kata lain, seorang penulis harus dalam keadaan siap secara fisik maupun mental/spiritual sebelum bermain dengan aksara atau huruf. Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Hampir setiap orang, agaknya pernah melakukan aktivtas menulis. Entah menulis pesan, memo, surat, buku harian, laporan, opini, naskah, buku, dll. Jadi, ada pelbagai macam bentuk dan jenis tulisan. Setiap orang mungkin pernah menulis, dari bentuk yang paling ringan dan sederhana sampai yang luas dan mendalam.

 

             Jika kita masih (agak) kesulitan memulai membikin model tulisan yang bersifat luas dan mendalam, maka kita bisa mulai dulu latihan dengan cara membuat jenis tulisan yang ringan dan sederhana. Misalnya saja dimulai dari membikin surat pembaca dan diary (buku harian). Bikinlah surat pembaca dan buku harian seteliti dan sebagus mungkin, misalnya dari segi tema/isi dan cara penggarapannya. Bahkan beberapa tulisan yang berasal dari (sekedar) buku harian pun ada yang diterbitkan menjadi buku dan disambut dengan hangat; misalnya saja Catatan Seorang Demonstran-nya Soe Hok Gie, serta Pergolakan Pemikiran Islam-nya. Jadi teknik penulisan kreatif adalah menciptakan karya kreatif (cerpen, misalnya) dengan mengerahkan segenap daya imajinasi dan daya kreatif dengan mempertimbangkan unsur subjektivitas dan penciptaannya melewati empat tahapan proses kreatif.

BAB III

P E N U T U P

 

 

3.1       KESIMPULAN

 

      Penulisan kreatif bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mengendalikan pikiran-pikiran kreatif yang bergumul dalam pikiran seseorang dan untuk menyusunnya ke dalam sebuah kalimat dengan struktur yang baik; saya bisa mengatakan bahwa konsep daripada "Menulis Kreatif" lebih berbobot daripada menyimpan imaginasi karena tidak semua imajinasi adalah pikiran yang kreatif. Kreativitas lahir di dalam pikiran yang mapan dan matang. Seorang penulis sama baiknya dengan pemikirannya sendiri. Ada dua tipe penulis yang dibahas adalah penulis umum/harian dan penulis kreatif.

 

3.2       SARAN

 

          Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itulah saran dan kritik yang bersifat membangun masih sangat kami harapkan guna penulisan makalah kami selanjutnya agar menjadi lebih baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ayan, Jordan E. 2002. Bengkel Kreativitas. Diterjemahkan oleh Ibnu Setiawan. Bandung: Kaifa.

 

Laksana, A.S. 2006. Creative Writing: Tips dan Strategi Menulis untuk Cerpen dan Novel. Jakarta: Mediakita.

 

Lasa, H.s. 2005. Gairah Menulis. Yogyakarta: Alinea. The Liang Gie. 1992. Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

 

Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

Waluyo, Herman, J. Apresiasi Puisi. Jakarta:

Sayuti, Suminto A. 2002. Semerbak Puisi. Yogyakarta: Gama Media.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

             

 

       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PKM RSH - PENGARUH PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI KALANGAN REMAJA

Proposal PKM RSH- TEMAN BACAMU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MINAT LITERASI CALON GURU DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENGARUH LITERASI TERHADAP MINAT BACA SISWA DI SMPIT ANNUR DAN SMA AL MUSLIM KABUPATEN BEKASI