Proposal PKM RSH- TEMAN BACAMU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MINAT LITERASI CALON GURU DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
TEMAN BACAMU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MINAT LITERASI CALON GURU DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BIDANG KEGIATAN
PKM RISET SOSIAL HUMANIORA
Diusulkan oleh:
Halimatus Sadiyah 2102123/2021
Niska Alfina Saniya 2108773/2021
Sabila Fitri Nurahmi 2108342/2021
Fahmi Rizky Merdiansyah 2102592/2021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI
2.6 Kontribusi Penelitian terhadap Bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
3.1 Luaran dan Indikator Pencapaian
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencanaaksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan . SDGs terdiri dari 17 Tujuan dan 169 target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Salah satu aspek dari SDGs ialah memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua (SDGs, 2017).Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan dengan persentase 0,001% yang berarti dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca (Devega, 2017). Adapun riset lain yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Coate University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61) (Rachmawati, 2017). Padahal, dari segi penilaian infrastruktur untuk mendukung membaca, Indonesia berada di peringkat 34 mengungguli Jerman, Portugal, Selandia Baru, dan Korea Selatan. Solihin et al., (2019) menyebutkan hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) menyatakan bahwa selama kurun waktu 2012-2015 skor PISA untuk membaca hanya naik 1 poin dari 369 menjadi 397. Sejalan dengan itu, survei oleh Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) (2016) menyatakan bahwa tingkat literasi tergolong pada kategori kurang dalam membaca, yaitu pada persentase 46,83%.Dari berbagai data permasalahan di atas, sudah dijelaskan bahwasanya tingkat literasi di kalangan masyarakat begitu rendah. Setiana (2017) menyampaikan guru mempunyai peran penting dalam menentukan keberhasilan dan mencerdaskan anak bangsa. Guru juga harus mengembangkan kompetensi literasinya supaya dapat membantu peserta didiknya menuju gerbang kesuksesan. Sehingga mahasiswa calon guru sudah seharusnya memberi contoh dengan menganggap literasi termasuk ke dalam kegiatan yang wajib dilakukan. Selain itu, di era media modern sekarang ini, budaya literasi adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan oleh mahasiswa. Berbagai ruang untuk membaca menulis sudah dijawab oleh zaman dengan sederet media sosial yang ada.
Penelitian Sari & Pujiono (2017) tentang budaya literasi pada mahasiswa UNY memperoleh hasil bahwa kegiatan membaca dilakukan karena ada tugas yang terkait dengan mata kuliah sebanyak 60%, dan karena senang membaca berjumlah 11%. Lalu penelitian oleh Akbar (2020) menyatakan bahwa hanya 3% mahasiswa STKIP Sebelas April Sumedang yang memilih untuk menghabiskan waktu dengan membaca. Lalu penelitian oleh Abidin & Ismail (2017) menyatakan bahwa tingkat budaya literasi mahasiswa Pendidikan Agama Islam UMS sebesar 7%.
Setiana (2017) mengemukakan urgensi budaya literasi pada mahasiswa menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi civitas akademika khususnya para dosen selaku pemangku kewenangan dalam mendidik dan mengajarkan materi kepada mereka. Terciptanya budaya literasi pada mahasiswa akan memberikan sebuah harapan besar akan keberlangsungan pendidikan yang gemilang. Dafit et al., (2017) menyampaikan mahasiswa diharuskan banyak membaca, mahasiswa yang cenderung banyak membaca akan lebih mudah mengemukakan gagasan, memiliki pengetahuan luas, dan merangsang penalaran kritis.
Berbagai solusi sudah diterapkan untuk meningkatkan minat literasi mahasiswa. Salah satunya yaitu bergabung dengan suatu komunitas. Purwahida (2017) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui strategi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ. Salah satu strategi dalam penelitiannya yaitu bergabung dengan media sosial suatu komunitas. Media sosial dapat menjadi wadah bagi mereka untuk menyalurkan kegemaran membaca. Beragamnya fitur-fitur yang ditawarkan media sosial dan fleksibilitas media sosial untuk menerima orang dari berbagai latar belakang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi penggunanya untuk berbagi hal-hal yang mendukung literasi. Perkembangan zaman yang terus berjalan menciptakan banyak pengetahuan baru yang harus dipelajari. Literasi dijadikan sebagai salah satu dari sekian banyak cara untuk membuat kualitas mahasiswa yang unggul, dengan menciptakan mahasiswa yang unggul maka mahasiswa yang dipersiapkan menjadi seorang calon pendidik akan memiliki kualitas yang bermutu pula. Dengan adanya gerakan peningkatan literasi di kalangan mahasiswa calon guru khususnya di Universitas Pendidikan Indonesia, diharapkan bisa menjadi salah satu jalan agar meningkatkan mutu kualitas calon pendidik dimasa yang akan datang. Dalam meningkatkan minat literasi mahasiswa calon guru di Universitas Pendidikan Indonesia, penulis membuat komunitas yang dinamakan Teman Bacamu. Komunitas tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi masalah kurangnya minat literasi di kalangan mahasiswa dan juga mendukung tujuan nomor 4 SDGs yaitu Pendidikan Berkualitas.
2.2 Tujuan Khusus Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin meneliti : (a) mengetahui apakah komunitas Teman Bacamu merupakan cara yang tepat dalam meningkatkan minat literasi mahasiswa calon guru Universitas Pendidikan Indonesia? (b) bagaimanakah cara yang tepat untuk komunitas Teman Bacamu dalam meningkatkan minat literasi mahasiswa calon guru di Universitas Pendidikan Indonesia? (c) apa saja program-program yang dicanangkan Teman Bacamu untuk meningkatkan mahasiswa minat literasi calon guru di Universitas Pendidikan Indonesia?
2.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah agar mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia sebagai seorang calon guru dapat meningkatkan minat literasi nya. Untuk menyadarkan urgensi literasi kepada mahasiswa calon guru di Universitas Pendidikan Indonesia.Mendukung tujuan nomor 4 SDGs yaitu Pendidikan Berkualitas.
2.4 Keutamaan Penelitian
Penelitian ini memiliki keutamaan yaitu untuk memberikan solusi permasalahan literasi di kalangan mahasiswa. Penelitian ini menawarkan solusi terhadap rendahnya tingkat literasi dikalangan mahasiswa dengan menghadirkan sebuah komunitas Teman Bacamu untuk membantu meningkatkan tingkat literasi mahasiswa.
2.5 Temuan yang Ditargetkan
Target penelitian ini ialah untuk membantu penyelesaian masalah literasi dikalangan mahasiswa. Melalui komunitas Teman Bacamu diharapkan mahasiswa bisa mempunyai teman dan wadah agar bisa meningkatkan minat literasi nya.
2.6 Kontribusi Penelitian terhadap Bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Kontribusi pada bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia adalah sebagai upaya untuk meningkatkan minat literasi di kalangan mahasiswa yang mana itu sangat dibutuhkan dalam menjalani perkuliahan sehari hari.
2.7 Luaran Penelitian
Luaran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah (1) Artikel Ilmiah yang akan dipublikasikan di blog (2) Komunitas Teman Bacamu (3) Laporan kemajuan (4) Laporan akhir.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Literasi
Literasi secara etimologis merupakan sebuah serapan yangberasaldari kata literacy dalam bahasa inggris yang berarti “the quality or state of being literate” atau kualitas dan kondisi (seseorang) dalam membaca dan menulis. Secara etimologis literasi dapat disimpulkan sebagai kemampuan seseorang dalam berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) untuk berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu sesuai dengan tujuannya. Sedangkan secara luas, KBBI mendefinisikan literasi sebagai kemampuan seseorang untuk mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.
Menurut Elizabeth Sulzby “1986”, Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan membaca.
Kern (2001) mencetuskan tujuh prinsip literasi, yang terdiri dari (1) literasi melibatkan interpretasi. Penulis dan pembicara menginterpretasikan dunia melalui suatu peristiwa, pengalaman, gagasan, dan perasaan. Sedangkan pembaca dan pendengar menginterpretasikan hasil dari interpretasi penulis dan pembicara dalam bentuk konsepsinya mengenai dunia; (2) literasi melibatkan kolaborasi antara penulis dan pembicara serta pembaca dan pendengar dalam upaya untuk saling memahami; (3) literasi melibatkan konvensi, artinya dalam membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara telah diatur oleh kesepakatan kultural yang berkembang melalui penggunaan serta modifikasi dengan tujuan yang bersifat individual. Aturan tersebut terdiri dari aturan bahasa baik yang lisan maupun secara tertulis; (4) literasi melibatkan pengetahuan kultural (cultural knowledge) sehingga dalam membaca dan menulis serta mendengarkan dan berbicara, seseorang terpaut pada aturan atau sistem norma dan nilai kulturalnya, sehingga orang yang berada di luar sistem kultur tersebut dapat mengalami kesalahan dalam memahami apa yang disampaikan oleh orang yang berada di dalam sistem kultur tersebut; (5) literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri. Artinya pembaca atau pendengar dan penulis atau pembicara, mengkomunikasikan sesuatu yangmenggambarkan pemikirannyaserta apa yang diyakini olehnya; (6) literasi melibatkan pemecahan masalah, artinya upaya seseorang dalam membayangkan, memikirkan, serta mempertimbangkan sesuatu yang dilakukan ketika membaca atau menyimak, maupun ketika menulis atau berbicara merupakan suatu bentuk dari pemecahan masalah; (7) literasi melibatkan penggunaan bahasa.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi meskipun secara bahasa hanya didefinisikan sebagai kemampuan dalam membaca dan menulis, namun di luar itu terdapat penjabaran literasi secara luas yang membutuhkan kemampuan kompleks untuk dapat memahami, menginterpretasikan, dan mengkomunikasikan sesuatu sehinggadapat sesuai tujuan yang ingin dicapai. Dalam proses berliterasi pun, individu tidak hanya melakukan membaca dan menulis,namun di luar itu terdapat penjabaran literasi secara luas yang membutuhkan kemampuan kompleks untuk dapat memahami, menginterpretasikan, dan mengkomunikasikan sesuatu sehingga dapat sesuai tujuan yang ingin dicapai. Dalam proses berliterasi pun, individu tidak hanya melakukan membaca dan menulis, namun lebih dalam terdapat berbagai aktivitas seperti kolaborasi dan interpretasi, serta komponen yang dilibatkan seperti latar belakang kultural, serta pola pikir dan keyakinan masing-masing individu.
Dengan demikian, literasi tidak hanya dilakukan ketika membaca dan menulis saja, namun juga dilakukan oleh individu dalam berkomunikasi dengan masyarakatnya. Sehingga kemampuan berliterasi memiliki peran penting, yakni agar seseorang dapat mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikannya secara efektif.
2.2 Jenis-jenis Literasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Panduan GLN (2017) mencetuskan enam dimensi literasi sebagai berikut:
a. Literasi baca dan tulis, merupakan kemampuan dan keterampilan individu untuk membaca, menulis, menelusuri dan memahami informasi untuk mencapai tujuan pengembangan pemahaman serta potensi guna berpartisipasi di dalam lingkungan sosialnya.
b. Literasi numerasi, merupakan kemampuan dan keterampilan individu untuk memperoleh, menginterpretasi, menggunakan serta mengomunikasikan angka dan simbol matematika memahami informasi dalam bentuk grafik, tabel, dan bagan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c. Literasi sains, merupakan kemampuan dan keterampilan individu untuk memperoleh pengetahuan, menjelaskan, serta mengambil kesimpulan dari fenomena ilmiah berdasarkan fakta, serta memahami karakteristik dari sains.
d. Literasi digital, merupakan kemampuan dan keterampilan individu untuk mengoperasikan media digital serta memanfaatkannya secara bijak, cerdas, tepat, dan patuh hukum.
e. Literasi finansial, merupakan kemampuan dan keterampilan individu untuk membuat keputusan efektif dalam konteks finansial, agar dapat meningkatkan kesejahteraan finansialnya.
f. Literasi budaya dan kewargaan, merupakan kemampuan dan keterampilan individu untuk memahami serta bersikap terhadap kebudayaan bangsa Indonesia sebagai identitas yang melekat pada diri bangsa serta memahami akan hak dan kewajiban individu sebagai bagian dari masyarakat.
Pemahaman mengenai jenis-jenis literasi memberikan kesadaran mengenai pentingnya literasi bagi kehidupan individu serta sebagai upaya untuk meningkatkan mutu atau kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi suatu negara. Sebab dengan masyarakat yang literat di segala bidang, maka optimalisasi fungsi serta inovasi khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan dengan optimal sebagai pendorong untuk memajukan martabat dan daya saing, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam suatu negara.
2.3 Mahasiswa Calon Guru
Secara etimologis, mahasiswa terdiri dari dua kata, yakni maha dan siswa. Maha dapat diartikan sebagai sangat, amat, dan besar, sedangkan siswa berarti pelajar. Sesuai dengan definisi KBBI dari kata mahasiswa, yakni seseorang yang belajar di perguruan tinggi. Lebih lanjut, Papilaya dan Huliselan (2016) mendefinisikan Mahasiswa sebagai seseorang yang dipandang memiliki intelektualitas tinggi, kecerdasan dan keefektifan dalam berpikir, serta memiliki perencanaan dalam bertindak. Sehingga dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang mahasiswa ialah seseorang yang sedang menjalani proses pendidikan tingkat lanjut setelah SLTA, untuk mendapatkan suatu keahlian dan gelar yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan bidang studi yang dipelajarinya, serta diharapkan dapat membawa perubahan yang baik dari pemikirannya.
Mahasiswa sebagai calon guru dituntut untuk mempersiapkan diri untukmenjadi guru yang memiliki kreativitas tinggi dan profesional sebagai seorangguru. Untuk itu pengetahuan tidak hanya diperoleh di kelas saja dalam artian tidakhanya secara teori saja, melainkan perlu diimbangi dengan latihan di lapangansehingga mahasiswa sebagai calon guru dapat mengetahui tugas seorang gurulebih awal dan mampu mempersiapkan diri nantinya untuk menjadi seorang guru.
Tujuan pendidikan calon guru telah diatur pada Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 Ayat 2 yakni untuk menjadikan mahasiswa kependidikan sebagai seorang pendidik yang merupakan tenaga profesional dengan visi untuk terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Sedangkan tugas dari seorang pendidik yang profesional ialah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat (Robandi et al., 2017).
Mahasiswa calon guru diharapkan dapat menjadi agen yang mendorong tercapainya cita-cita dan tujuan dari pendidikan nasional, yakni untuk mengembangkan manusia Indonesia yang sesuai dengan falsafah pancasila, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, pandai dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu mewujudkan bangsa yang cerdas (Suparmiyati et al, 2017). Dengan demikian, peran seorang mahasiswa calon guru sangat penting dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Tingkat kompetensi guru, berbanding lurus dengan tingkat mutu pendidikan di Indonesia. Peningkatan mutu seorang tenaga pendidik ditentukan oleh proses pendidikan dan pembekalannya ketika menjadi seorang mahasiswa calon guru.
2.4 Komunitas
Kata community menurut Syahyuti berasal dai bahasa latin, yaitu Cum yang berarti kebersamaan dan Munus, yang bermakna memberi antara satu sama lain. Maka dapat diartikan bahwa komunitas adalah sekelompok orang yang saling berbagi dan mendukung antara satu sama lain.
Menurut Mac Iver dalam Mansyur, community diistilahkan sebagai persekutuan hidup atau paguyuban dan dimaknai sebagai suatu daerah masyarakat yang ditandai dengan beberapa tingkatan pertalian kelompok sosial satu sama lain (Kusumastuti A., 2014).
Komunitas memiliki banyak makna diantaranya sebagai sebuah kelompok dari suatu masyarakat atau sebagai kelompok orang yang hidup di suatu area khusus yang memiliki karakteristik budaya yang sama. Komunitas harus memiliki sifat interaksi, yaitu interaksi yang ditekankan kepada interaksi informal dan spontan daripada interaksi formal, serta memiliki orientasi yang jelas.
Setiap komunitas pasti akan memberikan suatu dampak baik positif maupun negatif. Adapun dampak positif dari adanya suatu komunitas:
1. Tumbuhnya rasa solidaritas dimana setiap anggota pasti akan merasa nyaman dengan komunitasnya.
2. Dari adanya rasa solidaritas setiap anggota komunitas pasti akan mementingkan anggota komunitasnya.
3. Menjadi wadah untuk bertukar pikiran.
4. Menambah wawasan hasil dari bertukar pikiran.
5. Melatih kemampuan berkomunikasi yang baik antar anggota komunitas.
6. Melatih softskill, karena pasti di setiap komunitas terdapat struktur organisasinya.
Adapun dampak negatif dari adanya komunitas adalah:
1. Lupa dengan diri sendiri. Hal ini bisa terjadi jika individu tersebut terlalu takluk atau tunduk pada komunitas tersebut karena memiliki “kekuatan” yang besar.
2. Waktu untuk ibadah, keluarga, teman dan diri sendiri berkurang. Dimana individu tersebut terlalu fokus pada komunitas, terlalu aman dan nyaman sehingga lupa dengan yang lainnya.
3. Adanya daya saing antar komunitas.
4. Terkekang, hal ini terjadi jika komunitas yang kita masuki itu memiliki pemimpin yang diktator, dimana kita tidak bisa berteman dengan orang lain dan sosialisasi kita terganggu.
Menurut Mac Iver dalam Soerjono Soekanto, unsur-unsur dalam sentiment community adalah :
1. Seperasaan
Unsur seperasaan muncul akibat adanya tindakan anggota dalam komunitas yang mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok dikarenakan adanya kesamaan kepentingan.
2. Sepenanggungan
Sepenanggungan diartikan sebagai kesadaran akan peranan dan tanggung jawab anggota komunitas dalam kelompoknya.
3. Saling ketergantungan
Diartikan sebagai perasaan ketergantungan terhadap komunitas baik yang sifatnya fisik maupun psikis
BAB 3. METODE RISET
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dimana penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sujana & Ibrahim, 1989). Artinya penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasi kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang (Sumanto, 1990). Pada saat penelitian dilaksanakan adanya pemusatan perhatian terhadap pemecahan masalah-masalah aktual yang dilakukan didalam penelitian deskriptif ini. Dalam pendidikan, penelitian deskriptif lebih berfungsi untuk pemecahan praktis dari pada pengembangan ilmu pengetahuan.
Kegiatan penelitian pada metode deskriptif kualitatif dengan tema pendidikan dengan mengangkat judul “Teman Bacamu Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Minat Literasi Calon Guru Di Universitas Pendidikan Indonesia” didasarkan pada tingkat literasi yang tergolong cukup rendah. Penggunaan metode deskriptif kualitatif pada penelitian ini dilakukan karena dapat membantu penulis untuk menggali informasi lebih dalam khususnya mengenai literasi. Selain itu, metode ini tidak terfokus pada kuantitas data melainkan pada kedalaman data.
Pada gambar 3.2 terdapat skema tahapan penulisan, yang mana penulisan karya tulis ini terdiri atas empat tahap.
Gambar 3. 1 Flowchart tahapanpenulisan
Sumber: penulis
3.2.1 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan oleh penulis berupa data sekunder. Data tersebut didapat melalui kajian studi literature sepertibuku, jurnal, dan media lainnya yang tersedia. Data yang terkumpul meliputi pengertian literasi secara luas, urgensi literasi, peran mahasiswa kependidikan sebagai calon guru, serta manfaat dari komunitas.
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasikan atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema yang sesuai dengan focus penelitiannya (Suyanto & Sutinah, 2006). Pengolahan data ini meliputi beberapa tahap.
Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data-data serta referensi. Semua data yang terkumpul melalui studi literatur oleh penulis kemudian direduksi, tujuannya untuk menyortir data yang penting, berguna, serta relevan dengan masalah yang dibahas yakni literasi. Setelah mereduksi data, langkah berikutnya adalah penyajian data. Pada langkah ini penulis menyajikan data dalam bentuk deskripsi atau uraian yang bersifat naratif. Setelah data-data tersusun secara sistematis, langkah terakhir adalah penulis menarik kesimpulan dari hasil penelitian “Teman Bacamu Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Minat Literasi Calon Guru di Universitas Pendidikan Indonesia”.
3.1 Luaran dan Indikator Pencapaian
Luaran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah (1) Artikel Ilmiah yang akan dipublikasikan di blog (2) Komunitas Teman Bacamu (3) Laporan kemajuan (4) Laporan akhir.
Indikator ketercapaian dalam setiap tahapan penelitian ini adalah mampu mengungkap dan memberi solusi terkait peningkatan literasi dikalangan mahasiswa sebagai seorang calon guru dengan adanya Komunitas Teman Bacamu.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Format Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya PKM-RSH
No | Jenis Pengeluaran | Biaya (Rp) |
1 | Perlengkapan yang diperlukan | Rp 1.050.000,- |
2 | Bahan habis pakai | Rp 500.000,- |
3 | Transportasi | Rp 1.000.000,- |
4 | Lain-lain | Rp 500.000,- |
Jumlah | Rp 3.050.000,- |
4.2 Jadwal Kegiatan
Salah satu program yang dilakukan oleh Teman Bacamu ialah pembuatan konten yang berisi tentang informasi-informasi terkait literasi, tips membiasakan untuk membaca dan meresume, pengenalan program-program yang ada di Teman Bacamu beserta sistemnya selama dua minggu sekali. Kemudian mengadakan seminar tentang urgensi literasi dikalangan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, selama 2 kali pertemuan yaitu diawal pertemuan untuk pengenalan dan diakhir pertemuan untuk pengamalan dan manfaat. Program One Month One Resume yang mana program tersebutdilakukan anggota setiap satu bulan sekali. Program Kumpul Bersama dilakukanseluruh anggota Teman Bacamu berkumpul untuk saling bertukar pikiran dan informasi yang didapat selama mengikuti program Teman Bacamu. Kegiatan tersebut akan dilakukan selama satu bulan sekali. Dan program yang terakhir adalah Kompetisi Mahasiswa yang mana hanya dilakukan satu kali yaitu diakhir program yang bertujuan untuk mengimplementasikan hasil dari kegiatan literasi selama kegiatan berlangsung kepada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,Y. (2016). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Refika Aditama.
Abidin & Ismail. (2017). Indeks Budaya Literasi Mahasiswa Pendidikan Agama
Islam (PAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun Akademik 2017.
https://journals.ums.ac.id/index.php/suhuf/article/download/5642/3684
Akbar, A. (2020). Minat Literasi Mahasiswa. Jurnal Kajian Penelitian dan
Pendidikan dan Pembelajaran, 4(2), 593.
doi:https://doi.org/10.35568/naturalistic.v4i2b.768
Alberta Advanced Education and Technology. n.d. (2009). Living Literacy: A
Literacy Framework for Alberta’s Next-Generation Economy. Retrieved
from:http://www.advancededucation.gov.ab.ca/media/219400/living%20literacy.pdf
Dafit, F., Mustika, D., & Melihayatri, N. (2020). Pengaruh Program Pojok Literasi
Terhadap Minat Baca Mahasiswa PGSD FKIP UIR. Jurnal Basicedu, 4(1),
117.
Devega, E. (2017, 10 10). Teknologi Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi
Cerewer di Medsos. Diakses pada 19 Desember 2021, dari
Egziabher, T. B. G., & Edwards, S. (2013). Komunitas. Africa’s Potential for the
Ecological Intensification of Agriculture, 53(9), 1689–1699.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.). Arti kata literasi - Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Online. Kbbi.Web.Id. https://kbbi.web.id/literasi
Kemendikbud. (2017). Panduan Gerakan Literasi Nasional. Panduan Gerakan
Literasi Nasional, 50.
Kern, R. (2001). Literacy and Language Teaching. Oxford: Oxford University
Press
Kusumastuti, A. (2014). Peran Komunitas dalam Interaksi Sosial Remaja di
Komunitas Angklung Yogyakarta. [Skripsi]. Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Madyaratri, D. Y., Wardono, & Prasetyo, A. P. B. (2019). Kemampuan Literasi
Matematika Siswa pada Pembelajaran Problem Based Learning dengan
Tinjauan Gaya Belajar. Prisma, Prosicing Seminar Nasional Matematika, 2,
648–658. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/29213
Marli, Q. R. (2018). Peran komunitas blogger muslimah dalam meningkatkan
literasi digital. [thesis]. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah.
Merriam Webster. (n.d.). Literacy Definition & Meaning. Merriam-Webster.com.
https://www.merriam-webster.com/dictionary/literacy
Papilaya, J. O., & Huliselan, N. (2016). Identifikasi Gaya Belajar Mahasiswa.
Jurnal Psikologi Undip, 15(1), 56. https://doi.org/10.14710/jpu.15.1.56-63
Komentar
Posting Komentar