EFEKTIVITAS DUKUNGAN SOSIAL DALAM KONSTRUKSI ANTUSIASME MAHASISWA BERKULIAH DARING
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
EFEKTIVITAS DUKUNGAN SOSIAL DALAM KONSTRUKSI
ANTUSIASME MAHASISWA BERKULIAH DARING
PKM RISET SOSIAL HUMANIORA
Diusulkan oleh:
Riski Nugroho
Saputro 2104876 2021
Nisrina Ayuningtyas 2101003 2021
Ni’matul Jannah 2108862 2021
Didin Jalaludin 2102344 2021
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
BAB 3. METODE PENELITIAN.................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka
Pikir Penelitian.............................................................
Gambar.............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia saat ini masih menghadapi situasi pandemi covid-19 sejak
kasus pertamanya pada Maret 2020 silam. Hal ini tentunya berdampak besar bagi
perubahan kondisi berbagai aspek kehidupan sosial, tak terkecuali dalam ranah
pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu konsumsi vital masyarakat sudah tentu
harus tetap berjalan walaupun dalam kondisi pandemi. Beragam metode
pembelajaran kembali disusun untuk menyesuaikan atmosfer pendidikan di masa
pandemi yang melarang adanya kerumunan sebagai upaya memutus mata rantai
penyebaran covid-19. Sistem pembelajaran daring menjadi salah satu solusi
berjalannya pendidikan di tengah keterbatasan pandemi, terutama kuliah daring bagi
mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Harapani (2021 : 2)
mengungkapkan bahwa kuliah daring merupakan sebuah sistem perkuliahan yang
medianya memanfaatkan akses internet sebagai sarana untuk melaksanakan
pembelajaran.
Walaupun sistem pembelajaran atau kuliah daring menjadi salah satu
solusi yang cukup tepat untuk mengatasi keterbatasan situasi pandemi. Pembelajaran
daring memberikan keleluasaan belajar kapanpun dan dimanapun. Namun terlepas
dari sisi positifnya, masih banyak kekurangan yang perlu dievaluasi guna
membangkitkan antusiasme mahasiswa untuk tetap mengikutinya dengan baik. Hal
ini didukung oleh pernyataan Argaheni (2020 : 107) bahwa pembelajaran daring memiliki beberapa dampak
terhadap mahasiswa, yaitu seringkali membingungkan mahasiswa, mahasiswa menjadi
pasif, mahasiswa kurang kreatif dan produktif, penumpukan informasi/konsep pada
mahasiswa yang kurang bermanfaat; serta mahasiswa mengalami stress. Belum lagi
jika terdapat kendala pada jaringan internet serta media penunjang seperti
laptop, gadget, dan sebagainya. Hal ini tentunya harus dievaluasi agar
pembelajaran daring dapat dioptimalkan menjadi lebih baik lagi.
Dengan kondisi kuliah daring, mahasiswa cenderung hanya beraktivitas
dan berkomunikasi sosial dengan orang-orang terdekat saja, misalnya keluarga.
Kecenderungan bosan dan malas bisa terjadi kapan saja jika tidak segera
dilakukan antisipasi dan adaptasi terhadap kondisi sekitar yang mesti dibuat
nyaman serta tepat untuk atmosfer belajar. Pentingnya dukungan sosial untuk
menguatkan mental mahasiswa juga menjadi hal yang sangat penting untuk
keberlangsungan perkuliahan daring dengan baik, sehingga bisa menjadi modal
dasar membangun semangat mahasiswa dalam berkuliah. Berdasarkan hal tersebut, pada
pembahasan kali ini kami akan mengupas efektivitas dukungan sosial dalam
konstruksi antusiasme mahasiswa berkuliah daring, sehingga diharapkan mahasiswa
akan lebih peduli dengan hakikat dukungan sosial, saling peduli satu sama lain
dalam menciptakan atmosfer yang baik, terutama di tengah situasi pandemi
seperti ini.
1.2
Tujuan Khusus Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meneliti dan memahami: (a) bagaimana dukungan sosial dapat meningkatkan
antusiasme mahasiswa dalam berkuliah daring? (b) bentuk dukungan sosial seperti
apa yang efektif dalam meningkatkan antusiasme mahasiswa berkuliah daring?
serta (c) apa perbedaan mahasiswa yang mendapatkan dukungan sosial dengan yang
tidak mendapatkannya?
1.3
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah mahasiswa mampu
meningkatkan antusiasmenya dalam berkuliah daring melalui konsep pentingnya
dukungan sosial. Membangun kesadaran untuk senantiasa menciptakan atmoesfer
baik agar jalinan dukungan sosial tetap mengalir dengan lancar. Namun, kami
akan terus melakukan perbaikan sehingga pembahasan ini memiliki manfaat yang
luas untuk digunakan oleh masyarakat luas.
1.4
Keutamaan Penelitian
Penelitian ini memiliki keutamaan untuk
mengungkap sejauh mana efektivitas dukungan sosial dalam konstruksi antusiasme
mahasiswa berkuliah daring. Penelitian ini menawarkan sebuah solusi terhadap
keadaan mahasiswa yang mulai jenuh dan kehilangan semangat untuk mengikuti
perkuliahan, sejalan dengan kondisi pandemi yang belum berakhir.
1.5
Temuan yang Ditargetkan
Target penelitian ini mampu menemukan bentuk
dukungan sosial yang tepat sebagai upaya
konstruksi antusiasme mahasiswa berkuliah daring.
1.6
Kontribusi Penelitian terhadap Bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Kontribusi pada bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia adalah sebagai upaya mengonstruksi antusiasme mahasiswa ketika
berkuliah daring dengan upaya mengefektifkan dukungan sosial bagi mahasiswa.
Sehingga mahasiswa dapat memaksimalkan peran dan kewajibannya dalam mengikuti
perkuliahan daring.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dukungan
Sosial
Menurut Cohen and Syme (dalam Harnilawati, 2013) dukungan sosial adalah keadaan yang berguna bagi seseorang, yang berasal dari orang lain yang dipercayanya, sehingga orang tersebut bisa merasakan bahwa dirinya diperhatikan, dihargai, dan dicintai. Uchino (dalam Sarafino and Smith, 2011) menyebutkan dukungan sosial adalah rasa nyaman, perhatian, penghargaan, dan bantuan yang diberikan oleh seseorang terhadap orang lain ataupun kelompok lain. Dukungan sosial juga dapat diartikan sebagai persepsi seseorang yang memiliki hubungan dengan orang lain, yang dapat menyediakan dukungan pada saat keadaan kritis, dan berbagi kebahagiaan saat mereka dalam keadaan baik(Pomerantz, 2014).
Dukungan sosial biasanya diberikan oleh orang-orang terdekat yang memiliki hubungan emosional yang erat, misalnya orangtua, saudara, dan sahabat. Hal ini sesuai dengan definisi yangdisampaikan oleh Barbera (2000) mengenai dukungan sosial, di mana dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai konsep yang menangkap tentang hubungan antar manusia yang saling membantu dan mendukung karena adanya kesamaandan kedekatan diantara mereka misalnya karena tinggal dalam satu atap, bergabung dalam organisasi yang sama danbekerja ditempat yang sama.. Baron (2011) mendefinisikan dukungan sosial berfokus pada persepsi atau pengalaman bahwa seseorang merasa dicintai, dirawat oleh orang lain, dihargai dan merupakan bagian dari jejaring sosial bantuan timbal balik.
Dukungan
sosial merupakan kenyamanan dalam hubungan interpersonal secara fisik maupun
psikologis dengan orang lain sehingga membantu seseorang dalam menghadapi
stresor yang dihadapi. Dukungan sosial pada mahasiswa dapat bersumber dari
keluarga, orang terdekat, teman dan dosen. Dukungan sosial memiliki dampak yang
efektif bagi seseorang dalam mengatasi tekanan psikologis pada masa sulit dan
menekan (Maziyah, 2015). Dukungan sosial mempunyai peran penting dalam proses
pembelajaran mahasiswa dan juga menjadi salah satu faktor pendorong motivasi
belajar dalam diri mahasiswa pada pembelajaran daring. Terdapat beberapa
mahasiswa yang tidak mendapatkan dukungan sosial cenderung tidak mememiliki
semangat, membuat daya penggerak di dalam diri mahasiswa lemah dalam memenuhi
kegiatan belajar. Oleh sebeb itu dukungan sosial sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran daring.
2.2
Antusiasme Belajar
Antusiasme
adalah perasaan gembira, minat yang besar atau ketertarikan terhadap sesuatu.
Kata antusiasme berasal dari bahasa Yunani yaitu entheos yang berarti “Tuhan di
dalam” atau berarti “diilhami dari Tuhan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
antusiasme bermakna minat besar terhadap sesuatu, kegairahan, dan gelora
semangat. Sedangkan Anthony Dio Martin (2005) mendefinisikan antusiasme sebagai
gairah dalam diri yang diikuti dengan perasaan terinspirasi sesuatu,
termotivasi untuk mewujudkan sesuatu disertai daya optimisme dan kreatifitas.
Antusiasme akan mendorong seseorang maju dan memenangkan perjuangannya
(Mujahid, 2012).
Antusiasme
belajar adalah ketertarikan, gairah, serta minat yang besar terhadap aktivitas
yang berlangsung dalam interaksi antara seorang dengan lingkungannya yang
menghasilkan perubahan-perubahan. Antusiasme belajar merupakan perasaan yang
harus dimiliki oleh setiap mahasiswa,
hal ini agar mahasiswa dapat berperan serta menjalankan kewajibannya dengan
baik dan memuaskan. Antusiasme akan tercipta jika para pendidik dan mahasiswa
berperan aktif serta memiliki strategi yang tepat dalam kegiatan belajar dan
mengajar di kelas. Bukan hanya peran mahasiswa dan pendidik saja yang dapat
memengaruhi antusiasme belajar, akan tetapi lingkungan serta dukungan sosial
juka sangat berpengaruh terhadap antusiasme belajar.
Banyak
faktor yang mempengaruhi dalam membangkitkan antusiasme, beberapa
diantaranya, (Mujahid, 2012) yaitu:
1. Niat
atau Tujuan.
2. Goal
Setting atau perencanaan target.
3. Menyadari
potensi diri dan hambatan diri.
4. Kepositifan dalam pikiran, perkataan dan perasaan.
Antusiasme belajar dapat dilihat dari progres peserta didik atau mahasiswa selama pembelajaran berlangsung. Peranan guru/dosen menjadi salah satu pengaruh terhadap tingkat antusiasme belajar. Menurut Slameto (Kurniawan, A.S. dkk, 2017, 109), seorang guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara individual. Semakin tinggi antusiasme belajar, maka kemungkinan untuk mencapai prestasi yang tinggi juga akan semakin besar, begitupun sebaliknya.
2.3 Perkuliahan Daring
Perkuliahan secara daring merupakan salah satu solusi yang tepat dalam mendukung berjalannya proses perkuliahan di tengah pandemi COVID-19. Menurut Moore, dkk. (Sadikin, A. & Hamidah, A. 2020, 215-216) pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, menerapkan kebijakan belajar dan bekerja dari rumah (Work from Home) mulai pertengahan Maret 2020. Perkuliahan ini bertujuan untuk tetap memberikan akses bagi mahasiswa untuk berkuliah tanpa harus bertatap muka secara langsung dalam rangka memutus rantai penyebaran covid-19.
Carolina,
I. dkk. (2020, 342) mengungkapkan bahwa pembelajaran secara daring memerlukan
kesiapan perangkat dan paket data internet yang dikelola secara mandiri. Salah
satu langkah pemanfaatan teknologi jaringan dan teknologi informasi bagi
pengembangan sistem pembelajaran di perguruan tinggi adalah sistem kuliah
daring (dalam jaringan) antar perguruan tinggi. Pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran tidak hanya bersifat opsional, tetapi telah menjadi suatu
keniscayaan. Keefektifan pembelajaran juga dipengaruhi oleh seberapa banyak
dosen mampu memanfaatkan TIK. Untuk menjadikan pembelajaran daring berjalan
sukses kuncinya adalah efektivitas. Perkuliahan daring menghubungkan peserta
didik dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur, perpustakaan) yang
secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi,
berinteraksi atau berkolaborasi secara langsung/synchronous dan secara tidak
langsung/asynchronous (Sadikin, A. & Hamidah, A. 2020, 216).
2.4
Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan bahan pelajaran, metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Belajar dan pembelajaran merupakan sebuah bentuk edukasi yang menyebabkan timbulnya interaksi antara guru dengan siswa. Kegiatan belajar dan mengajar diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan yang telah dirumuskan sebelumnya oleh guru.
Pane,
dkkk (2017) menyampaikan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku dan
perubahan pemahaman, yang pada mulanya seorang anak tidak dibekali dengan
potensi fitrah, kemudian dengan terjadinya proses belajar maka seorang anak
beubah tingkah laku dan pemahamannya semakin betambah. Adapun sekaitan dengan
pembelajaran Pane, dkk (2017) menyampaikan bahwa pembelajaran adalah kegiatan
terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar dapat belajar
dengan baik, sehingga kegiatan pembelajaran ini bermuara pada dua kegiatan
pokok, yaitu bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui
kegiatan belajar dan bagaimana orang melakukan tindakan penyempaian ilmu
pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Oleh karena itu, makna pembelajaran
merupakan tindakan eksternal dari belajar, sedangkan belajar adalah tindakan
internal dari pembelajaran.
2.5
Psikologi Pendidikan
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan dan perilaku manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, baik individu maupun kelompok (Gage & Berliner, 1992). Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang memepelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku atau perilaku manusia (Walgito, 2010:6).
Sedangkan psikologi pendidikan menurut Walberg dan Haertel 1992 seperti dikutip oleh Lee Krause (2010) merupakan disiplin ilmu sendiri yang menghubungkan antara pendidikan dan psikologi. Sementara Santrock (2014) mengatakan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Duceshne dan McMaugh (2016) menyatakan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari bagaimana kondisi siswa dan implikasinya pada proses pembelajaran. Artinya psikologi pendidikan dapat berperan dalam membuat cara yang efektif dalam mengajar. Psikologi pendidikan juga menekankan pada proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik internal maupun eksternal. Selain itu psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok seperti berbakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus penyandang.
Para
peneliti sering mengaitkan psikologi pendidikan ini sebagai lapangan utama studi psikologi
pendidikan adalah soal belajar. Psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada
persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan tindakan belajar. Karena konsentrasinya berfokus pada persoalan belajar,
yakni persoalan-persoalan yang melekat pada subjek siswa. Untuk itu mahasiswa
dituntut untuk memahami psikologi pendidikan agar dapat menciptakan
kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya
tindakan-tindakan belajar secara efektif, dan juga dapat mengatasi
masalah-masalah yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung. Karena
selain dari faktor eksternal, faktor yang ada dalam diri pun sangat
mempengaruhi dalam proses pembelajaran.
2.6
Hambatan Komunikasi dalam Pembelajaran Online
Pandemi Covid-19 telah berlangsung hingga saat ini dan belum diketahui samapai kapan akan berakhir. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan besar terhadap proses belajar mengajar. Proses pembelajar dilakukan secara daring. Tetapi perkuliahaan daring belum cukup efektif dan banyak menimbulkan distorsi dan hambatan, misalnya perangkat perkuliahan yang belum mendukung, termasuk dosen yang kesulitan untuk menyampaikan metode perkuliahan secara darig yang mengakibatkan sulitnya mahasiswa memahami materi yang disampaikan. Selain itu, terdapat kendala lain yang menjadi faktor penghambat kelancaran perkuliahan daring, yakni kendala atau hambatan komunikasi, baik komunikasi anatara dosen dengan mahasiswa, maupun mahasiswa dnegan mahasiswa. Hambatan komunikasi dpaat berupa gangguan seperti suara, persepsi yang tidak sama, atau misinterpretasi yang dapat mengubah arti dari pesan yang disampaikan. Hambatan kmunikasi ini menjadi persoalan krusial dalam perkuliahan. Karena perkuliahan yang baik dapat memperoleh hasil yang diharapkan bisa terjadi akibat adanya jalinan konukasi yang baik pula. Hambatan komunakasi juga dapat mempengaruhi kondusivitas perkuliahan yang berimpilkasi pada semnagan tidaknya baik dosen ataupun mahasiswa dalam melaksanakan dan mengikuti perkuliahan.
Dalam
hal ini Devito (2011) mendefinisikan hambatan komunikasi sebagai segala sesuatu
yang dapat mendistorsi pesan, hal apapun
yang menghalangi penerima menerima pesan. Hambatan-hambatan tersebut dapat
berlangsung dalam semua konteks atau situasi komunikasi. Devito juga membagi
hambatan komunikasi pada tiga hal, yakni hambatan secara fisik, hambatan secara
psikologis, dan hambatan secara semantik. Sementara Effendy (2017) menyebut
empat faktor penghambat dalam komunikasi. Pertama, hambatan sosiologis,
antropologis, dan psikologis. Hambatan sosiologis ini berkaitan erat dengan
persoalan hubungan sosial seperti status sosial, gtinhgkat pendidikan, dan
sebagainya yang dapat menjadi hambatan dalam berkomunikasi.
2.7
Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif yakni kondisi dalam diri individu yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu baik disadari maupun tidak untuk mencapai tujuan tertentu (Winarni, Anjariah, & Romas, 2016). Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar dan memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar (Puspitasari, 2013). Dengan adanya motivasi belajar, hasil belajar cenderung akan lebih optimal. Maka dari itu, daya usaha belajar salah satunya ditentukan oleh motivasi belajar itu sendiri. Motivasi belajar siswa tercermin dari 8 indikator, yaitu durasi kegiatan; frekuensi kegiatan; presistensi; devosi dan pengorbanan; ketabahan, keuletan dan kemampuan; tingkat inspirasi; tingkatan kualifikasi hasil; dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan (Makmum, 2003).
Durasi
kegiatan, berkaitan dengan waktu yang diperlukan dalam melakukan suatu tindakan
pembelajaran. Frekuensi kegiatan merupakan total pelaksanaan suatu kegiatan
dalam periode waktu tertentu. Presistensi dimaksudkan sebagai keinginan keras
terharap target yang hendak dicapai. Devosi dan pengorbanan adalah tingkat
pengorbanan tenaga dan pikiran untuk menyelesaikan kegiatan juga penentuan
prioritas dalam menyelesaikan pembelajaran. Ketabahan, keuletan, dan kemampuan
dalam menghadapi kesulitan adalah tingkat kemampuan dalam mengejar
ketertinggalan serta usaha dalam belajar. Tingkat inspirasi yang hendak dicapai
meliputi pencapaian dalam meraih target, penentuan target dari tingkat belajar.
Tingkat kualifikasi hasil meliputi kesesuaian pelaksanaan belajar dengan hasil
belajar, kesesuaian pelaksanaan belajar dengan hasil belajar, kesesuaian hasil
belajar dengan target belajar, dan kepuasan terhadap hasil yang dicapai. Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan merupakan suatu kesiapan pada diri seseorang
untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal yang bersifat positif ataupun
negatif. (Andriani & Rasto, 2019, 83).
2.8
Peran Fasilitas Belajar Terhadap Pembelajaran Daring
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, perlu pemanfaatan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai guna mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Sebagaimana disampaikan oleh Samier (Utami, 2020, 14) menyatakan bahwa fasilitas dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material yang dapat memudahkan terselenggaranya dalam proses belajar mengajar. Menurut Nasution (Utami, 2020, 14) dalam hasil penelitannya menyatakan bahwa fasilitas belajar adalah tersedianya alat-alat yang dapat membantu siswa belajar. Adapun fasilitas yang tersedia di rumah antara lain meja belajar, alat tulis dan buku pelajaran. Tersedianya fasilitas belajar akan memberi kemudahan dalam kegiatan belajar sehingga siswa dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
Salah satu komponen yang sangat penting untuk menunjang dan mendukung keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung adalah sarana dan prasarana. Pembelajaran daring tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi. Fasilitas teknologi yang mendukung pelaksanaan pembelajaran daring adalah pemanfaatan sistem informasi manajemen pendidikan. Sistem pendidikan dalam memanfaatkan teknologi informasi pada proses belajar mengajar adalah sistem pembelajaran yang digunakan untuk sarana pendukung proses belajar mengajar tanpa harus melakukan tatap muka secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Penggunaan aplikasi sistem pembelajaran tentunya perlu ada keseimbangan sumber daya yang tersedia seperti sumber daya manusia sebagai pihak mengoperasikannya serta ketersediaan sarana seperti perangkat elektronik sebagai pendukung dalam mengoperasikan sistem pembelajaran. (Rahayu & Haq, 2021, 187-188).
Sarana
dan prasarana pendidikan merupakan elemen atau komponen yang penting yaitu
fasilitas untuk keberhasilan dan kelancaran dalam memberikan kemudahan di
lingkup pendidikan. Terutama sangat diperlukan dalam mendukung proses
pembelajaran. Fasilitas pengajaran (sarana dan prasarana) yang dimiliki oleh
pendidik agar membuat peserta didik merasa termotivasi dalam belajar. Menurut
hasil kajian pustaka oleh Jannah & Sontani (Rahayu & Haq, 2021, 192)
sarana prasarana mempengaruhi secara kuat terhadap motivasi belajar, maka
diperlukannya sarana prasarana sebagai perlengkapan agar lebih menghidupkan
suasana proses belajar.
2.9
Alur Pikir Penelitian
Gambar 2.1 Alur Pikir Penelitian
Penelitian
ini memiliki alur pikir dari sebuah permasalahan yang harus segera diberikan
solusi dalam memperbaiki konsistensi mahasiswa untuk tetap mengikuti
perkuliahan dengan baik di tengah-tengah kondisi pandemi covid-19. Peneliti
lebih memfokuskan mahasiswa sebagai subjek penelitian karena sebagian besar
kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara mandiri, sehingga hambatan yang
ditemui cenderung lebih besar.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan fenomenologi dengan mendengarkan penjelasan tiap
individu. Seperti yang didefinisikan oleh Creswell dikutip Eddless-Hirsch
(2015) sebuah penelitian yang tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan
pengalaman sebuah fenomena individu dalam dunia sehari-hari. Hasil analisis
pula dapat diaplikasikan dengan proses eksploratori.
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang akan kami lakukan meliputi
dua tahapan besar yang di proyeksikan dalam tahapan dibawah ini :
a.
Tahapan Pra Penelitian
1) Melakukan studi literatur untuk menemukan gambaran awal
sebelum terjun kelapangan.
2) Merumusakan masalah penelitian.
3) Menentukan sasarani yang akan diteliti.
4) Membuat rancangan penelitian
b.
Tahapan Pelaksaan penelitian
Pelaksanaan ini bertujuan untuk mencari data-data
yang akan diteliti sehingga data tersebut bisa menjadi hasil dari penelitian
kami dengan menggunakan teknik observasi, teknik wawancara kepada narasumber
serta teknik menyebar angket dengan tipe pertanyaan tertutup.
3.3
Prosedur Penelitian
Yusuf, (2014)
Prosedur penelitian Fenomenalogi:
1. Temukan fenomena penelitian yang wajar diteliti
melalui penelitian kualitatif.
2. Analisis fenomena tersebut apakah cocok diungkap
melalui fenomenologi. Apakah fenomena tersebut berkaitan dengan interaksi
manusia., baik sebagai individu maupun kelompok yang mengunakan alat, tanda,
atau simbol dalam berkomunikasi? Andai jawabannya ya dan tujuan penelitian
adalah untuk memerikan dan menggambarkan interksi tersebut, maka fenomenologi
wajar digunakan.
3. Tentukan subjek yang diteliti dan konteks yang
sesungguhnya.
4. Pengumpulan data kelapangan.
5. Pembuatan catatan, termasuk foto.
6. Analisis data.
7. Penulisan laporan.
3.4 Luaran dan Indikator Capaian
3.4.1 Luaran
Luaran dari
penelitian ini adalah:
1. Artikel ilmiah yang akan dipublikasikan di Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra.
2.
Booklet tips & trick menuju mahasiswa yang sukses.
3.
Laporan kemajuan.
4.
Laporan akhir.
3.4.2 Indikator Capaian
Capaian dari penelitian ini adalah mampu memberikan
solusi dan permasalahan demotivasi mahasiswa pada perkuliahan jarak jauh.
3.5 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan
data penelitian ini dilakukan secara ekploratif dengan pendekatan kualitatif.
Peneliti memilih penelitian fenomenalogi dengan melakukan observasi dan
wawancara mendalam kepada informan untuk mencari data secara mendalam.
3.6 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini meliputi 2
tahap yakni:
a.
Tahap pertama
1.
Membuat transkrip wawancara.
2.
Melakukan reduksi data.
3.
Melakukan analisis data.
4.
Melakukan inerpretasi dan trianggulasi.
b.
Tahap kedua
1.
Memfilter data.
2.
Melakukan analisis data.
3.
Melakukan Inerpretasi dan trianggulasi
3.7 Cara penafsiran dan Penyimpulan Hasil
Penelitian
Penarikan kesimpulan didasarkan atas data, maka penarikan kesimpulan dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sejak awal. Kesimpulan berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Tim penulis menafsirkan didasarkan pada proses kerja kualitatif. Proses kerja ini mencangkup tahapan perumusan kualitatif, tahap pengujian hipotesis berdasarkan data yang tersedia, dan tahapan perumusan hipotesis baru juka hipotesis pertama tidak teruji, sampai dengan tahap pemecahan masalah, yang terujinya hipotesis berdasarkan berdasarkan bukti yang ada. Dengan demikian, penafsiran sampai dengan menyimpulkan hasil analisis dapat berlangsung secara berulang. Proses itu berhenti jika tercapai pemecahan masalah, yaitu dicapainya simpulan yang berupa terujinya hipotesis, yakni hipotesis yang tidak bertentangan dengan bukti yang ada.
Hasil evaluasi atau analisis data pada proses sebelumnya kemudian dibuatkan kesimpulan, seperti bagaimana kontribusinya dalam perkembangan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan, serta seperti apa langkah ke depan yang dapat dilakukan untuk menindaklanjuti hasil dari uji coba tersebut untuk mengembangkan topik penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes, A.D.W. 2020. Hubungan Antara
Dukungan Sosial dengan Motivasi Belajar
Mahasiswa pada Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid 19.
https://e-journal.stp-ipi.ac.id/index.php/sapa/article/view/231/119. (Diakses
pada 16 April 2022).
Andriani, R. &
Rasto, R. (2019). Motivasi Belajar sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Manajemen Perkantoran, ejournal.upi.edu, 4(1), 80-86. DOI: https://doi.org/10.17509/jpm.v4i1.14958
Arcela. Dyan, E.S. dan Psikolog.
2021. Dukungan Sosial dengan Stres Akademik Mahasiswa Perantau dalam Pembelajaran
Daring di Masa Pandemi Covid-19.
http://conference.um.ac.id/index.php/psi/article/view/1134. (Diakses pada 16
April 2022).
Argaheni, NB. (2020). Sistematik Review: Dampak Perkuliahan Daring Saat Pandemi Covid-19
terhadap Mahasiswa Indonesia. Placentum: Jurnal Ilmiah Kesehatan dan
Aplikasinya, jurnal.uns.ac.id, 8(2), 99-108. https://jurnal.uns.ac.id/placentum/article/view/43008
Carolina, I., Supriyatna, A., &
Puspitasari, D. (2020). Analisa Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap Perkuliahan
Daring pada Era Pandemi Covid 19. Prosiding
Seminar Nasional Riset Information Science, tunasbangsa.ac.id, Vol 2, 342-347.
DOI: http://dx.doi.org/10.30645/senaris.v2i0.181
Harapani, A. (2021). Pengaruh Kuliah Daring Saat Pandemi Covid-19 Terhadap Kemampuan
Mahasiswa, psyarxiv.com, https://psyarxiv.com/t4x29/download?format=pdf
Herdiana, D., Rudiana, R., &
Supriatna, S. (2021). Kejenuhan Mahasiswa dalam Mengikuti Perkuliahan Daring
dan Strategi Penanggulangannya. Edunesia:
Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(1), 293–307. DOI: https://doi.org/10.51276/edu.v2i1.128
Makmum, A. S. (2003). Psikologi
Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Malik Abdul. 2021. Hambatan
Komunikasi dalam Perkuliahan Daring pada Masa Pandemi Covid-19. https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/LONTAR/article/download/4037/1881/.
(Diakses pada 17 April 2022).
Nurhidayah. dkk. 2017. Psikologi
Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Pane
dan Dasopang. (2017). Belajar dan Pembelajaran.
http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/F/article/view/945/795
(Diakses pada 17 April 2022)
Puspitasari, D.B. (2013). Hubungan
antara Persepsi terhadap Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 1
Bancak. EMPATHY Jurnal Fakultas Psikologi, 1(1).
Ristiana.
(2017). Antusiasme Belajar. http://etheses.iainponorogo.ac.id/2208/1/Ani%20Ristiana.pdf
(Diakses pada 16 April 2022)
Suralaga Fadhilah. 2021. Psikologi
Pendidikan Implikasi Dalam Pembelajaran. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Utami, IT
(2020). Pengaruh Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akademi
Sekretari Budi Luhur Pada Mata Kuliah Korespondensi Indonesia. Jurnal Serasi,
journal.budiluhur.ac.id, 18(2), 13-23. https://journal.budiluhur.ac.id/index.php/serasi/article/view/1176
Winarni, M., Anjariah, S., &
Romas, M. Z. (2016). Motivasi Belajar Ditinjau Dari Dukungan Sosial Orangtua
Pada Siswa SMA. Jurnal Psikologi, 2(1).
Komentar
Posting Komentar